Tahun 434 Masehi: Wafatnya Raja Agung Purnawarman, Wisnuwarman Naik Tahta
Oleh : Mbah Udin
Edisi Kamis 10 juli 2025
“Raja besar itu telah mangkat. Laut berduka, sungai-sungai berhenti berbisik, dan bumi Taruma menunduk hening.”

Begitulah yang tertulis dalam naskah tua yang dijaga ketat di tepian Sungai Gomati dan Candrabhaga. Tahun 434 Masehi menjadi penanda akhir hayat Sri Maharaja Purnawarman, raja terbesar dari Kerajaan Tarumanegara, sekaligus awal dari babak baru dengan naik tahtanya Wisnuwarman, putra mahkota yang dikenal arif, namun berbeda gaya dengan ayahandanya.
Purnawarman: Sang Penakluk dan Pemersatu
Raja Purnawarman bukan sekadar raja. Ia adalah soko guru peradaban Sunda Kuno, dikenal karena membangun sistem irigasi megah yang menghidupi ribuan petani. Di masanya, prasasti-prasasti ditorehkan dalam batu untuk menegaskan batas wilayah, kekuatan militer, dan kedekatannya dengan Dewa Wisnu.
Ia menata pemerintahan dengan tegas, menaklukkan wilayah seberang laut, dan menjadikan Tarumanegara pusat kebudayaan dan kekuasaan di barat Nusantara. Dalam catatan internasional, kerajaan ini mulai dikenal oleh utusan Tiongkok dan India.

Namun takdir berkata lain. Setelah memerintah hampir 40 tahun, Purnawarman wafat di usia senja. Upacara pembakaran jenazah (ngaben) dilakukan secara besar-besaran di tepi Sungai Citarum, dengan ratusan pendeta dan pemuka masyarakat menyanyikan kidung pelepasan jiwa.
Wisnuwarman: Pewaris Cakra, Pembawa Harmoni
Wisnuwarman, putra sulung Purnawarman, naik tahta dengan didampingi para penasihat tua istana dan panglima warisan ayahandanya. Berbeda dengan sang ayah yang militeristik, Wisnuwarman dikenal sebagai pemikir dan pendamai.
Ia disebut-sebut lebih banyak membuka hubungan dagang dan budaya, serta mendekatkan kerajaan dengan para brahmana, resi, dan maharesi dari timur. Dalam pidato penobatannya, ia menyampaikan:

“Yang kugenggam bukan hanya cakra kekuasaan, tetapi harapan rakyat. Biarlah Taruma menjadi terang bagi semua arah mata angin.”
Kebijakan awalnya adalah menyatukan kembali kelompok-kelompok desa di bagian selatan dan menyederhanakan sistem pajak untuk para petani kecil.
Warisan dan Jejak Abadi
Wafatnya Purnawarman tidak sekadar kehilangan seorang pemimpin, tetapi juga simbol zaman kejayaan. Namun dengan naik tahtanya Wisnuwarman, Tarumanegara bersiap melangkah ke era baru: lebih damai, lebih seimbang, lebih spiritual.
Banyak pihak menanti—akankah sang pewaris bisa melanjutkan keagungan ayahnya, atau justru membuka babak peradaban baru yang berbeda jalur.
Editor : Dewi Condro.
Redaksi : tarnabakunews.com.
Santai Santun Supel Simpel Sembodo Tetap dengan Sorot Mata, Berita Fakta, Bukan Rekayasa.
Dengan Suara Budaya dalam Beradapan
Leave a Reply