Abad ke-5, Tahun 417 Masehi: Prasasti Tugu dan Jejak Peradaban Sungai Citarum
Penulis: Mbah Udin.
Nusantara, tarnabakunews.com – edisi Rabo, 09 juli 2025.
Pada tahun 417 Masehi, abad ke-5, sebuah tonggak peradaban tercatat dalam bentuk batu: Prasasti Tugu. Prasasti ini bukan sekadar peninggalan, tetapi sebuah dokumen sakral yang mengungkap kepiawaian kerajaan Tarumanegara dalam mengelola alam, terutama air sebagai sumber kehidupan.

Prasasti Tugu ditemukan di kawasan Tugu, Jakarta Utara, dan dikenal sebagai salah satu prasasti terpenting dari masa kerajaan Tarumanegara, yang kala itu dipimpin oleh raja Purnawarman. Dalam aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta, prasasti ini mengisahkan kebijakan raja yang menggali dan mengatur aliran dua sungai besar: Sungai Candrabhaga (kini Bekasi) dan Sungai Gomati (diperkirakan Sungai Citarum di Karawang).
Isi Prasasti menggambarkan:

“Sungai Gomati digali sepanjang 6.112 tombak (sekitar 12 km) dalam waktu 21 hari…”
Tindakan monumental ini bukan hanya memperlihatkan kecanggihan teknologi dan organisasi masyarakat kala itu, tetapi juga menyiratkan adanya sistem pengairan, pertanian, serta pengendalian banjir yang sudah mapan sejak lebih dari 1.600 tahun silam.

Purnawarman dan Politik Air
Purnawarman bukan hanya pemimpin politik dan spiritual, tetapi juga seorang insinyur air yang visioner. Ia mengukuhkan keberadaan Tarumanegara sebagai kekuatan maritim dan agraris dengan menguasai jalur sungai dan pantai utara Jawa Barat.

Dengan menggali kanal dan mengatur aliran sungai, ia juga membangun kepercayaan rakyat dan memperkuat basis ekonomi kerajaan. Dalam konteks peradaban Asia Tenggara kuno, pengelolaan air adalah simbol kekuasaan, kesejahteraan, dan keharmonisan antara raja, rakyat, dan alam.
Makna Prasasti Tugu bagi Indonesia Modern
Kini, Prasasti Tugu menjadi pengingat bahwa sejak awal sejarahnya, Nusantara telah memiliki tradisi tulis, rekayasa sipil, dan tata kelola sumber daya yang maju. Lebih dari sekadar peninggalan arkeologis, ia adalah cermin jati diri bangsa.
Rakyat Indonesia modern dapat belajar dari semangat kolaboratif, gotong royong, dan perencanaan jangka panjang yang diteladankan oleh Purnawarman dan para leluhurnya.
Lokasi Penemuan dan Pelestarian
Prasasti Tugu kini disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Ukirannya masih terlihat jelas dan menjadi bahan kajian para arkeolog, epigraf, dan sejarawan dari seluruh dunia.
Penutup
Dalam pusaran waktu yang terus berputar, Prasasti Tugu menjadi saksi bisu bagaimana Nusantara tak pernah absen dari panggung peradaban dunia. Tahun 417 Masehi adalah penanda bahwa bangsa ini telah mengukir namanya jauh sebelum bangsa-bangsa lain mengenalnya.
Tetap dengan sorot mata.
Berita fakta,
bukan rekayasa.
Editor : Dewi Condro.
Redaksi : tarnabakunews.com – Santai Santun Supel Simpel Sembodo – Suara Budaya dan Peradaban.
Leave a Reply