Abad ke-5 – Tahun 456 Masehi.
Aji Saka Mendirikan kerajaan Medang Kamulan di Rembang
Penulis: Mbah Udin
Edisi – 12 Juli 2025.
Rembang – Bumi Jawa

Nalika lintang-lintang nyawang kidul, prau saka tanah adoh wis rawuh…”
— Mbah Udin, penutur budaya, dalam refleksi sejarah lisan Rembang
Rembang, 456 M – Dalam catatan lisan dan artefak yang mulai disandingkan dengan pendekatan arkeo-mitologis, tahun 456 M diyakini sebagai tonggak penting dimulainya peradaban kuno di Pulau Jawa. Seorang tokoh yang dikenal dengan nama Aji Saka diperkirakan adalah seorang perantau dari Indo-Skithia, wilayah yang dulunya merupakan pusat Kerajaan Saka di sekitar India Barat dan Asia Tengah.

Menurut penuturan leluhur, Aji Saka berlabuh di wilayah pesisir utara yang kini dikenal sebagai Rembang, Jawa Tengah. Dari sanalah cikal bakal Kerajaan Medang Kamulan dibangun — sebuah entitas kuno yang disebut-sebut sebagai “ibu dari semua kerajaan Jawa”.
Dari Indo-Skithia ke Tanah Jawa

Nama “Saka” sendiri memiliki akar linguistik yang merujuk pada bangsa nomadik Saka/Scythia. Mereka dikenal sebagai perantau tangguh yang membawa ilmu astronomi, logam, dan sistem kalender. Dugaan kuat menyatakan bahwa Aji Saka merupakan keturunan bangsawan pelarian atau pengelana spiritual dari Indo-Skithia yang mencari tanah baru untuk membangun tatanan nilai dan peradaban baru.

Tiba di Rembang, ia tak hanya membawa pakaian, pusaka, dan sahabat setia, tetapi juga sistem kalender dan pengetahuan huruf yang kelak berkembang menjadi hanacaraka — aksara Jawa yang pertama kali diwariskan ke Tanah Jawa.
Medang Kamulan: Titik Awal Bumi Jawa
Kerajaan Medang Kamulan dalam versi narasi kuno digambarkan sebagai negeri spiritual, tempat awal mula tatanan, dan pusat “kamulan” atau kamula yang berarti akar atau asal. Di sinilah nilai-nilai kearifan lokal, sistem pemerintahan awal, dan mitologi pertama bumi Jawa disusun oleh Aji Saka.

Konon, di Medang Kamulan lahir istilah “Tanah Jawa”, yang berasal dari kata “Jawadwipa” atau pulau dengan tanaman jawawut dan jati yang Lebat.
Simbolisasi Budaya dan Peradaban
Kisah Aji Saka dan dua abdinya yang setia, Dora dan Sembada, tak sekadar legenda. Ia adalah cermin dari konflik kepatuhan dan pengorbanan, yang menggambarkan bagaimana ketaatan dan kepercayaan menjadi pilar kebudayaan Jawa hingga kini.

Tak heran, sistem penanggalan Kalender Saka pun dijadikan acuan resmi di Nusantara, dan hingga kini menjadi bagian dari sistem kalender Bali dan Jawa.
Editor : Dewi Condro.
Redaksi: tarnabakunews.com – Santai Santun Supel Simpel Sembodo,Tetap dengan Sorot Mata, Berita Fakta, Bukan Rekayasa – Uri – Uri budaya , Menembus Masa – Merawat Makna.
Leave a Reply