Abad ke – 7, Tahun 612 Masehi : Watikandayu Putra Manik Maya Medirikan kerajaan Galuh.

Abad ke-7, Tahun 612 Masehi: Wretikandayun Putra Manikmaya Mendirikan Kerajaan Galuh

Oleh Mbah Udin
Edisi Rabo , 16Juli 2025

“Galuh bukan sekadar nama. Ia adalah cikal bakal jatidiri Sunda yang lahir dari bentangan sejarah, darah biru, dan perseteruan antara keinginan untuk berkuasa dan panggilan untuk menjaga warisan leluhur.”

Pada tahun 612 Masehi, seorang bangsawan bernama Wretikandayun, putra dari Resi Manikmaya, mendirikan sebuah kerajaan baru di dataran Priangan timur yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Galuh. Peristiwa ini menandai lahirnya kekuatan politik baru di tanah Pasundan, tepat saat pengaruh Tarumanagara mulai melemah seiring wafatnya Raja Dirajabasa alias Sri Purnawarman II.

Wretikandayun berasal dari garis darah yang mulia. Ayahandanya, Resi Manikmaya, adalah tokoh spiritual sekaligus bangsawan dari kalangan raja-raja kembar pewaris Salakanagara yang hijrah ke wilayah timur Tarumanagara.

Melalui diplomasi perkawinan dan kekuatan spiritual, Wretikandayun berhasil mendapatkan restu politik dari Tarumanagara untuk memerintah secara otonom. Dengan ibu kota awal di Kampung Karang Kamulyan, sekitar daerah Ciamis sekarang, Galuh berdiri dengan semangat kemandirian, kesundaan, dan ketertiban spiritual Hindu-Siwaisme.

Galuh: Antara Mitos, Politik, dan Warisan Budaya

Galuh berarti “permata” atau “batu mulia”. Namun dalam konteks kebudayaan, Galuh adalah simbol dari kesetiaan terhadap leluhur dan tanah air. Kerajaan ini tak hanya mewarisi struktur pemerintahan dari Tarumanagara, tetapi juga melahirkan budaya khas Sunda yang kelak mewarnai sejarah Jawa Barat selama berabad-abad.

Wretikandayun: Tokoh Visioner Priangan Timur

Sosok Wretikandayun seringkali digambarkan sebagai pemimpin yang wirya (gagah), wijaya (menang), dan wibawa (berkharisma). Ia dikenal sebagai tokoh yang memadukan kekuatan spiritual dan kecakapan politik. Bahkan hingga abad ke-21 ini, situs Karang Kamulyan tetap menjadi tempat ziarah budaya dan spiritual masyarakat Sunda.

  1. Ilustrasi Wretikandayun dalam balutan busana raja Sunda abad ke-7

2. Peta Kerajaan Galuh pada awal abad ke-7 .

3. Rekonstruksi Kota Lama Karang

Kamulyan: Gerbang, Alun-alun, dan Balay Gedong

4. Relief batu bergambar kuda dan simbol Siwa sebagai lambang spiritualitas Galuh

5. Simbol kerajaan Galuh: Batu Galuh dengan ukiran Prasasti

Penutup: Galuh sebagai Awal Kesundaan

Dengan berdirinya Kerajaan Galuh, sejarah Nusantara memasuki babak baru. Perpindahan kekuasaan dari Tarumanagara ke Galuh tidak hanya bersifat politik, tetapi juga spiritual dan budaya. Kerajaan ini menjadi tempat lahirnya semangat lokal yang kuat, namun tetap terbuka terhadap pengaruh India dan negeri seberang.

Dan pada akhirnya, Galuh menjadi pelita yang kelak menyatu dalam kerajaan besar Sunda-Galuh, yang berjaya hingga abad ke-16.

Editor : Dewi Condro.
Redaksi : tarnabakunews.com.
Santai Santun Supel Simpel Sembodo Tetap dengan Sorot Mata Berita Fakta Bukan Rekayasa.
Nguri-Nguri budaya
Menembus Masa.
Merawat makna.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *