Gunung Padang Ditinggalkan, Kebudayaan Buni Muncul di Bekasi, dan Pasir Angin Berkembang Menjadi Peradaban Kuno Caringin Kurung Di Era 400 SM.

Oleh Mbah Udin
Kadang-kadang, yang lama ditinggalkan bukan karena musnah, tapi karena waktunya telah tiba untuk memberi tempat bagi .
Gunung Padang – Sekitar abad ke-4 sebelum Masehi, situs megalitik Gunung Padang yang pernah gemilang selama ribuan tahun akhirnya mulai ditinggalkan. Batu-batu andesit yang dulu bersinar di bawah sinar matahari senja, kini hanya disapa oleh kabut pagi dan angin pegunungan. Apakah karena bencana? Atau karena migrasi dan perubahan struktur sosial?
Masih menjadi misteri yang terus diteliti.
Namun sejarah tidak pernah benar-benar berakhir. Justru saat Gunung Padang mulai sunyi, kebudayaan baru muncul di timur laut di kawasan yang kini kita kenal sebagai Bekasi
Kebudayaan Buni: Lembah Sunyi yang Bergema
Di sekitar wilayah pesisir utara Jawa bagian barat, muncul kelompok manusia yang membentuk sistem sosial, seni, dan kerajinan khas yang kemudian dikenal sebagai Kebudayaan Buni. Mereka bukan penduduk liar, melainkan masyarakat berperadaban, mengenal teknik pengecoran logam, pembakaran tanah liat, dan sistem pemakaman yang rapi.

Benda-benda tembikar Buni menunjukkan gaya geometris, garis-garis halus berpola spiral, dan penggunaan pewarna alam. Uniknya, sebagian artefak mereka memiliki kemiripan dengan budaya Dong Son di Vietnam, menunjukkan kemungkinan jaringan perdagangan atau pertukaran budaya lintas wilayah Asia Tenggara.
Tembikar Buni bermotif spiral
Perhiasan logam dari coran perunggu
Sementara itu, di dataran tinggi antara Bogor dan Cianjur, sebuah pemukiman kuno di Pasir Angin mulai tumbuh menjadi pusat spiritual dan teknologi awal. Kawasan ini mengembangkan budaya tersendiri, yang oleh para peneliti dijuluki sebagai Peradaban Kuno Caringin Kurung, mengambil nama dari ciri lanskap dan pengaruh hutan karet liar (Caringin) yang dahulu tumbuh mengelilingi kawasan itu seperti kerudung (Kurung).
Di sini ditemukan struktur pemujaan, sisa-sisa logam, dan sistem drainase primitif. Masyarakat Caringin Kurung kemungkinan besar memiliki hubungan dengan keturunan pengungsi dari Gunung Padang, membawa serta pengetahuan astronomi, batuan, dan ritus leluhur.

berbentuk punden
Rekonstruksi wajah figur pemimpin adat Caringin Kurung
Kisah antara Gunung Padang, Buni, dan Caringin Kurung adalah bagian dari mozaik besar perjalanan manusia di Nusantara. Ketika satu peradaban meredup, cahaya lain menyala. Dari batu ke tanah liat, dari gunung ke pesisir, dari upacara leluhur ke seni geometris. Semua saling terkait, membentuk benang merah yang membentang dari masa purba hingga masa kini.
Mbah Udin
Opo sing ilang, sak temene mung ndelik. Mung perlu digugah maning.
Apa yang hilang, sebenarnya hanya tersembunyi. Hanya perlu dibangunkan kembali.
Mengungkap Yng Tersembunyi. Menyuarakan Yang Terlupakan.
Editor ; Dewi Condro.
Redaksi: tarnabakunews.com.
Leave a Reply