Masih di Abad ke-7, Tahun 664 Masehi – Seorang Biksu Tang Bernama Huining Mengunjungi Kerajaan Kalingga untuk Menemui Resi Jhanabhadra
Oleh : Mbah Udin.
Edisi, 25 juli 2025.
Kisah Ziarah Ilmu di Negeri Kalingga

Tahun 664 Masehi, angin musim gugur dari Tiongkok membawa seorang musafir suci melintasi Laut Selatan. Dialah Biksu Huining, utusan kepercayaan dari Dinasti Tang, yang datang ke tanah Jawa bukan untuk berdagang rempah, melainkan menimba cahaya kebijaksanaan dari sang pertapa agung: Resi Jhanabhadra, guru spiritual dari kerajaan Kalingga.
Menurut catatan kuno, Biksu Huining telah mengembara ke banyak tempat di Asia Tenggara, namun kedatangannya ke Kalingga mempunyai maksud khusus: menerjemahkan ajaran-ajaran suci Buddha Mahayana ke dalam bahasa Sansekerta dan Jawa Kuna. Pertemuan mereka menjadi momen penting bagi pertukaran budaya dan spiritual lintas bangsa.

Kami tidak hanya bertukar kitab, tetapi juga jiwa dan semangat kebajikan,” demikian tertulis dalam naskah kuno Kalinggatattva, yang ditemukan di lereng Gunung Muria pada abad ke-19.
Resi Jhanabhadra dan Pelataran Ilmu Kalingga
Resi Jhanabhadra dikenal sebagai yogi agung yang telah melepaskan diri dari hiruk-pikuk istana. Ia tinggal di pertapaan hening di kaki Gunung Muria, tepatnya di wilayah yang kini masuk kawasan Jepara Selatan. Wilayah itu konon pernah menjadi mahagriha (rumah agung) dari para pertapa dan penulis kitab Dharma.
Dari pertapaan itulah, ajaran dharma berkembang pesat di Kalingga, bahkan hingga ke pelosok Nusantara. Biksu Huining mencatat ajaran Resi Jhanabhadra sebagai “penuh cinta kasih namun tegas dalam kebajikan.”
Situs dan Bukti Jejak Perjalanan
Beberapa situs yang dipercaya mendukung kisah ini antara lain:
Gunung Muria, Jepara
Lokasi spiritual utama bagi para petapa dan pendeta kerajaan Kalingga. Lereng selatannya diyakini menjadi tempat pertapaan Resi Jhanabhadra.
Candi Bubrah, Jepara Selatan
Meski kini hanya reruntuhan, struktur candi ini menampakkan gaya arsitektur awal abad 7 yang diyakini sebagai tempat persembahyangan para biksu. Ornamen batu menunjukkan perpaduan gaya lokal dan pengaruh India-Tiongkok.
Pantai Ujungwatu dan Teluk Awur
Diyakini sebagai pelabuhan kecil tempat Biksu Huining mendarat setelah berlayar dari Semenanjung Malaya. Lokasi ini menjadi gerbang spiritual masuk ke Kalingga bagian utara.

Desa Tempur, Keling
Wilayah pedalaman yang diyakini menyimpan naskah-naskah tua, termasuk salinan sutra dalam aksara Kawi yang mungkin ditulis pada masa itu.
Kisah Huining dan Resi Jhanabhadra bukan hanya tentang lintas agama dan budaya, melainkan simbol dari keterbukaan nusantara terhadap cahaya pengetahuan dari mana pun datangnya. Di tengah riuh sejarah kerajaan dan perang, kisah ini menyelipkan heningnya ziarah jiwa – dari satu pencari menuju sang bijak.
Dalam sunyi perbukitan, terjemahan dharma disusun. Dalam hati manusia, kebajikan ditanam.”
– Mbah Udin
Editor : Dewi Condro.
Redaksi : tarnabakunews.com.
Santai Santun Supel Simpel Sembodo Tetap dengan Sorot Mata Berita Fakta Bukan Rekayasa.
Leave a Reply