TAHUN 395 M: PURNAWARMAN NAIK TAHTA, TARUMANEGARA MEMASUKI ZAMAN EMAS
Oleh: Mbah Udin
Tarumanegara, 395 Masehi —
Angin perubahan berembus dari lembah-lembah subur di tepian Sungai Citarum. Tahun 395 Masehi, tercatat dalam kitab sejarah sebagai momen bersejarah: Purnawarman, putra mahkota dari raja sebelumnya, resmi dinobatkan sebagai raja Tarumanegara ke-3. Upacara penobatannya berlangsung megah di pusat kerajaan saat itu, Jayasinghapura, disaksikan para brahmana, senapati, dan utusan dari kerajaan seberang.
Purnawarman dikenal sebagai raja muda yang cerdas, tegas, dan berpandangan jauh ke depan. Sejak awal masa pemerintahannya, ia langsung menggagas pemindahan ibu kota kerajaan demi kepentingan pertahanan, ekonomi, dan perluasan pengaruh kerajaan.
397 M: SUNDA PURA, IBU KOTA BARU DI UJUNG BARAT
Hanya dua tahun setelah naik tahta, tahun 397 Masehi, Purnawarman membuat langkah besar: memindahkan ibu kota Tarumanegara ke arah barat, ke sebuah wilayah yang lebih strategis dan dekat dengan jalur dagang maritim. Tempat itu dinamakan Sundapura — yang secara harfiah berarti Kota Sunda.

Sundapura diyakini berada di sekitar daerah yang kini menjadi bagian dari Jakarta Utara atau Bekasi. Pemindahan ini membuka akses lebih luas ke dunia luar, memungkinkan Tarumanegara menjadi kekuatan dagang dan budaya yang diperhitungkan di seluruh Nusantara.
Artefak dan Jejak Sejarah
Untuk menguatkan kisah ini, para peneliti sejarah dan arkeolog telah menemukan sejumlah bukti yang dikaitkan dengan masa Purnawarman:

1.Prasasti Tugu
Ditemukan di daerah Cilincing, Jakarta Utara, prasasti ini berisi perintah Purnawarman menggali saluran sungai Gomati dan Candrabaga sejauh 12 km. Prasasti ini menunjukkan kecanggihan teknologi irigasi serta kekuatan pemerintahannya dalam pembangunan infrastruktur.

2.Prasasti Kebon Kopi
Berupa pahatan tapak kaki gajah — simbol kekuasaan dan kekuatan raja. Tapak kaki ini diyakini mewakili kendaraan kerajaan atau simbol dari Dewa Wisnu yang menaungi Purnawarman.

3.Prasasti Ciaruteun
Di prasasti ini, tertulis jelas nama Purnawarman yang disandingkan dengan Dewa Wisnu. Ini adalah pengukuhan status Purnawarman bukan hanya sebagai raja, tapi sebagai pemimpin yang dijunjung secara spiritual.
Peta Tarumanegara: Menunjukkan pergeseran dari Jayasinghapura ke Sundapura.
Rekonstruksi Sundapura: Kota pelabuhan kuno dengan dermaga kayu, kapal dagang, dan bangunan bertiang kayu.

Foto Prasasti Asli: Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, dan Kebon Kopi.
Simbol Wisnu & Tapak Gajah: Memperkuat hubungan antara kekuasaan raja dan dewa pelindung.
Refleksi Mbah Udin
“WANI MINDAH IBU KOTA tegese WANI NGUBAH NASIB BANGSA .”
Langkah Purnawarman ini bukan sekadar strategi kekuasaan, melainkan titik balik kebangkitan Tarumanegara sebagai kerajaan besar. Ia tak hanya dikenang sebagai raja penakluk, tapi juga raja pembangunan — sang peletak dasar kejayaan masa depan.
Tarnabhakunews.com
Menembus Masa, Merawat Makna
Editor : Dewi Condro.
Redaksi : tarnabakunews.com.
Santai Santun Supel Simpel Sembodo Tetap dengan Sorot Mata Berita Fakta Bukan Rekayasa.
Leave a Reply