Tahun 716 M: Kudeta di Galuh, Purbasora Menggulingkan Sena
Penulis Oleh: Mbah Udin.
Edsi Kamis 25 September 2025.
Pada abad ke-8, tepatnya sekitar tahun 716 Masehi, peristiwa besar mengguncang Kerajaan Galuh di wilayah Priangan. Raja Sena (yang dalam cerita rakyat juga dikenal sebagai Bratasenawa atau Bratasena) harus mengalami pahitnya kudeta.
Sosok yang menggulingkan kekuasaan itu adalah Purbasora, seorang tokoh bangsawan keturunan yang juga masih memiliki darah raja. Dengan siasat politik dan dukungan sejumlah bangsawan, Purbasora berhasil mengambil alih tahta Galuh.

Raja Sena yang terdesak, tidak memiliki cukup kekuatan untuk bertahan di pusat kerajaan. Ia pun meloloskan diri. Dalam pelariannya, ia menuju ke barat, mencari perlindungan kepada Tarusbawa, raja Sunda di Pakuan Pajajaran.
Sena dan Tarusbawa: Aliansi Sunda–Galuh
Kedatangan Sena di Pakuan membawa babak baru dalam sejarah Sunda–Galuh. Tarusbawa menerima Sena dengan tangan terbuka, sebab keduanya memiliki ikatan keluarga. Dari perlindungan itulah, benih perlawanan terhadap Purbasora mulai disemai, hingga kemudian melahirkan tokoh besar yang kelak dikenal dengan nama Sanaha dan Saniscaya, keturunan Sena yang berperan penting dalam sejarah Pajajaran.
Pendukung Cerita: Situs & Prasasti
Untuk memperkuat kisah ini, terdapat sejumlah situs arkeologi dan prasasti yang menjadi penanda sejarah era Sunda–Galuh abad ke-7 hingga ke-8:
- Prasasti Ciaruteun (Bogor)
– Bertuliskan aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta.
– Menyebut nama Purnawarman, raja Tarumanegara. Walaupun lebih tua (abad ke-5), prasasti ini menunjukkan kesinambungan kekuasaan di wilayah Pakuan yang kelak menjadi tempat Sena meminta perlindungan. - Prasasti Cibadak dan Prasasti Kebon Kopi
– Masih di wilayah Bogor, menjadi bukti keberadaan pusat kekuasaan Tarusbawa di Pakuan Pajajaran. - Situs Karangkamulyan (Ciamis, Jawa Barat)
– Dipercaya sebagai bekas pusat kerajaan Galuh. Situs ini erat dengan kisah Sena dan Purbasora, karena di sanalah tradisi lisan menempatkan lokasi kudeta terjadi.
– Di area situs terdapat beberapa peninggalan seperti Batu Pangcalikan, Batu Lumpang, dan Cikahuripan, yang dikaitkan dengan aktivitas pemerintahan kuno Galuh. - Naskah Wangsakerta (Cirebon)
– Meski ditulis lebih belakangan (abad ke-17), naskah ini menjadi sumber penting yang memuat silsilah raja-raja Sunda–Galuh, termasuk kisah Sena dan Purbasora.
Penutup
Peristiwa kudeta tahun 716 M bukan sekadar perebutan tahta, tetapi juga titik awal dari dinamika politik antara Galuh dan Sunda. Sena yang tersingkir tidak benar-benar hilang, sebab melalui keturunannya, sejarah Sunda–Galuh terus berlanjut, hingga akhirnya melahirkan kerajaan besar bernama Pajajaran.
Sejarah kadang tergores lewat prasasti, terkadang pula berhembus lewat cerita rakyat. Namun jejaknya tetap hidup dalam batu-batu di Ciamis dan Bogor, menanti untuk dibaca kembali oleh generasi hari ini.
Editor : Dewi Condro.
Redaksi : tarnabakunews.com.
Santai Santun Supel Simpel Sembodo Tetap dengan Sorot Mata Berita Fakta Bukan Rekayasa.
Leave a Reply