Gos Bang : Dari Guyonan Pesantren Hingga Menjaga Gawang NU

Gus Bang: Dari Guyonan Pesantren hingga Menjaga Gawang NU

Jombang,tarnabaku ews.com. 03 Juni 2025.
Dalam setiap derap langkah perjuangan jam’iyyah, selalu ada sosok yang tak sekadar hadir mengisi ruang, tetapi menebar makna dalam senyap. Itulah yang tergambar dari pribadi KH. Rohmatul Akbar, S.T.—atau yang lebih akrab disapa Gus Bang, dari Pesantren Darul Ulum, Peterongan.

Di forum Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU) Cabang Jombang Angkatan 1, nama beliau menjelma menjadi poros semangat yang tak pernah padam.

Gus Bang bukan tipe yang doyan tampil di depan sorotan. Ia hadir dengan khas kesahajaan pesantren: rendah hati, terbuka, dan menyatu dengan semua golongan. Dari caranya menyapa hingga gaya bercandanya yang khas santri, aura keteladanan justru lahir tanpa perlu dipamerkan. Seakan tak kenal lelah, beliau terus menyemangati para peserta, mengajak untuk terus bergerak, berpikir, dan ngabdi.

Wajahnya senantiasa ramah, langkahnya sigap menyambut tugas, dan tutur katanya membumi—dengan logat khas Jombangan yang tak kehilangan adab. Di balik kelakar dan guyonnya yang renyah, Gus Bang menyisipkan hikmah-hikmah kecil yang memantik makna besar.

“Ngapunten…” yang Menyentuh Relung

Satu hal yang menjadi ciri khas Gus Bang dan hampir tak pernah luput dalam setiap forum atau diskusi adalah kalimat pembukanya yang penuh adab: “Ngapunten…”. Ucapan itu bukan sekadar basa-basi, tapi cerminan etika santri yang menjunjung tinggi adab sebelum ilmu.

Kalimat sederhana itu—dilontarkan dalam nada rendah dan senyum yang tulus—mampu meredakan ketegangan, menjembatani perbedaan, dan menjadi pintu masuk untuk berdialog dalam suasana persaudaraan. Ia menjadikan musyawarah tak hanya wadah tukar pikiran, tetapi juga ladang menanam akhlak.

Menjaga Gawang NU dengan Hati

Dalam dinamika PMKNU, Gus Bang bukan hanya berperan sebagai peserta. Ia seperti kiper yang setia menjaga gawang jam’iyyah agar tak kebobolan nilai. Ketika semangat mulai surut, dialah yang menyulut bara. Ketika jalan terasa ruwet, dialah yang menjadi penunjuk arah. Peran itu dijalankan bukan dengan instruksi, tapi dengan teladan.

Gus Bang mengajarkan bahwa menjadi penggerak NU tak harus dengan teriakan keras atau tampil di podium tinggi. Cukup dengan ketulusan hati, kecintaan pada organisasi, dan kesetiaan terhadap nilai-nilai yang diwariskan para muassis.

Sebagaimana pesan para kiai: “Jadilah seperti akar. Tak terlihat, tapi mengokohkan.” Dan Gus Bang, dengan segala kesederhanaannya, telah menjadi akar yang meneguhkan—baik dalam gerakan, maupun dalam diamnya yang berbobot.
Jombang, 28 Mei 2025.

Kabiro jombang :Mif
Editor :Dewi condro
Redaksi :Tarnabakunews.com
Santai Santun Supel Simpel Sembodo
Tetap dengan Sorot Mata Berita Fakta Bukan Rekayasa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *