Halal Bihalal Keluarga Besar Bani Zahró 2025: Menguatkan Ukhuwah, Meneguhkan Spirit Birrul Walidain
Jombang, 15 Juni 2025 — Di tengah suasana hangat bulan Syawal yang penuh berkah, Keluarga Besar Bani Zahró menggelar acara Halal Bihalal dengan tema “Menguatkan Ukhuwah dalam Upaya Meneguhkan Birrul Walidain”. Acara ini berlangsung di kediaman keluarga Sub-Bani Shohikh, Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dan menjadi titik temu penting bagi lintas generasi dzuriyah trah Bani Zahró.
Lebih dari seratus anggota keluarga dari berbagai daerah hadir, mulai dari kalangan sesepuh, tokoh agama, hingga generasi muda milenial dan Gen-Z. Kehadiran para dzuriyah ini memperlihatkan betapa kuatnya semangat silaturahmi dan kepedulian terhadap nilai-nilai warisan leluhur yang terus dijaga dan dilestarikan.
Pemersatu Lintas Generasi, Penguat Jaringan Silaturahmi
Acara yang dikemas dalam suasana kekeluargaan ini diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Panitia Halal Bihalal. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa Halal Bihalal bukan sekadar tradisi, melainkan sebuah ritual sosial-religius yang sarat makna ukhrawi dan sosial.
“Silaturahmi ini bukan sekadar rutinitas tahunan, tapi bagian dari khidmah kita terhadap ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama. Melalui kegiatan ini, kita memperkuat jalinan batin, melestarikan nilai-nilai Aswaja, serta merawat warisan luhur para muassis keluarga kita,” ujarnya.
Kehadiran para dzuriyah dari berbagai sub-bani seperti Shohikh, Masyhudi, Sa’id, Hullah, dan Latifah menunjukkan kekompakan dan semangat persaudaraan yang hidup dalam keluarga besar ini. Mereka duduk berdampingan dalam satu majelis, menyimak tausiyah, menyatu dalam doa, serta bertukar cerita penuh keakraban.
Syiar Aswaja: Shalawat, Tausiyah, dan Doa Bersama
Kemegahan acara semakin lengkap dengan penampilan grup shalawat Al-Banjari Syifaul Qolbi dari Pondok Pesantren Mambaul Ulum Megaluh yang membawakan irama shalawat penuh semangat, menggugah semangat cinta Rasul dalam hati para hadirin.
Tausiyah agama disampaikan oleh KH Masrur, S.Ag., yang mengangkat tema pentingnya menjaga hubungan darah dan merawat warisan para leluhur.
“Kita bukan hanya diminta untuk berbakti kepada orang tua (birrul walidain), tapi juga kepada kerabat dekat (birrul aqarib) dan seluruh dzuriyah. Kekuatan keluarga adalah benteng peradaban. Jika keluarga lemah, umat pun akan mudah tercerai-berai,” tegas KH Masrur.
Beliau juga mengingatkan bahwa Halal Bihalal adalah momentum tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dan rekonsiliasi batin yang sejalan dengan ajaran rahmatan lil ‘alamin dari Rasulullah SAW.
Mengenang Jejak Sejarah Leluhur: Bani Zahró Sejak Abad ke-19
Salah satu momen yang paling menyentuh adalah saat KH Khariri, perwakilan dari Bani Shohikh, menyampaikan narasi sejarah berdirinya Bani Zahró. Ia mengungkapkan bahwa jejak awal keluarga ini bermula dari akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1885–1886, di masa yang hampir bersamaan dengan tokoh besar Jombang, KH. Hasan Bisri.
“Embrio dari Bani Zahró adalah Bani Sholikah. Dari sana, berkembang menjadi jaringan keluarga besar yang kini telah memiliki lebih dari 1.000 dzuriyah tersebar di berbagai wilayah. Almarhum H. Zuhdi adalah salah satu tokoh awal yang memprakarsai penguatan nasab keluarga ini. Beliau meninggalkan dokumen nasab lengkap yang kini menjadi sumber sejarah penting,” tutur KH Khariri.
Dokumen tersebut, yang sempat disampaikan kepada Ibu Hasan Khariri sebelum wafat, kini menjadi penopang identitas spiritual dan sosial bagi generasi penerus Bani Zahró.
Spiritualitas, Budaya, dan Komitmen Melanjutkan Tradisi
Puncak acara ditandai dengan doa bersama yang dipimpin oleh para kiai dzuriyah untuk mendoakan para leluhur Bani Zahró yang telah wafat. Suasana menjadi haru, penuh ketundukan dan kekhusyukan. Tangis haru menyelimuti sebagian hadirin yang mengenang jasa-jasa para pendahulu keluarga.
“Inilah makna birrul walidain yang sebenarnya—menghormati dan terus mendoakan mereka yang telah mendahului kita. Warisan paling berharga dari para leluhur bukanlah harta, tapi nilai-nilai moral, spiritual, dan tradisi keilmuan,” ungkap seorang tokoh muda NU yang juga panitia acara.
Dalam sesi penutup, seluruh perwakilan sub-bani sepakat untuk menjadikan Halal Bihalal ini sebagai agenda tahunan tetap, dengan melibatkan generasi muda dalam struktur panitia, dokumentasi, hingga penguatan nilai-nilai keaswajaan dalam keluarga.
Keluarga Sebagai Pilar Dakwah Nahdliyyah
Acara ini menjadi potret kecil dari wajah Islam Nusantara yang hidup di tengah masyarakat: hangat, santun, bersahaja, dan penuh cinta. Nilai-nilai Aswaja An-Nahdliyah tercermin dari cara keluarga ini memuliakan orang tua, menjaga persaudaraan, dan menghidupkan tradisi lokal dengan spirit keislaman.
Sebagai keluarga besar yang telah melahirkan banyak guru ngaji, kiai kampung, dan tokoh masyarakat, Bani Zahró membuktikan bahwa keluarga adalah pilar utama dakwah kultural Nahdlatul Ulama. Dengan ukhuwah yang kuat dan semangat birrul walidain yang kokoh, mereka menjaga warisan peradaban Islam yang membumi dan merangkul.
Kabiro jombang :Mif Editor : Dewi Condro. Redaksi : tarnabakunews.com. Santai Santun Supel Simpel Sembodo Tetap dengan Sorot Mata Berita Fakta Bukan Rekayasa.
Share the post "Halal Bihalal Keluarga BesarBani Zahro 2025 : Menguatkan Ukhuwah, Meneguhkan Spirrit Birrul Waliden"
Leave a Reply