Oleh : Mbah Udin
Wartawan & Sesepuh TBKI Jombang
Bukan pengemis ,bukan tunawisma. Dia adalah Leo Tolstoy, miliarder jiwa dari Rusia. Dia bukan pengemis dia juga bukan tunawisma, yang tersesat di gang gang kota. Ia bahkan terlahir sebagai bangsawan, anak dari keluarga kaya raya di Rusia. Tapi saat dunia sibuk mengejar harta, Leo Tolstoy justru menyerahkan hartanya pada mereka yang tidak punya apa-apa.
LeoTolstoy raksasa sastra dunia, bukan hanya dikenal lewat karyanya seperti War and Peace atau Anna Karenina, tapi juga lewat sikap hidupnya yang menolak kemewahan, ia memilih berjalan kaki ketimbang naik kereta, mengenakan pakaian sederhana ketimbang mantel, seorang aristokrat yang sebagian besar kekayaannya disumbangkan untuk orang miskin tanpa gembar gembor, tanpa pamrih.
“Jangan banyak bicara denganku tentang agama, tetapi izinkan aku melihat agama dalam perilakumu.”
Begitu kata Leo Tolstoy.
Sebuah kutipan yang nenampar wajah kemunafikan.
Baginya iman bukanlah tentang ucapan atau ritual, melaikan tentang tindakan nyata pada sesama.
Dalam dunia yang kadang hanya peduli pada pencitraan,
Leo Tolstoy justru mengajarkan, bahwa menjadi manusia bukan hanya merasa hidup, tapi tentang merasakan hidup orang lain.
“Jika kamu marasakan sakit , itu berarti kamu hidup.
Tetapi jika kamu merasakan sakitnya orang lain , kamu adalah manusia.”
Leo Tolstoy, seorang kaya raya yang memilih hidup sederhana.
Seorang sastrawan yang memilih kemanusiaan, bukan karena ia miskin, tapi karena ia benar benar memahami makna menjadi manusia.
Jombang, 28 April 2025
Leave a Reply